TERJEMAH
KITAB MABADI AL-AWALIYAH
Disusun oleh : Taufiqurrahman
El-zury
﴿ القسم الأول ﴾
فى اصول الفقه
ا)لأصل لغة( ما بني عليه غيره كأصل الشجرة أي أساسه وأصل
الشجرة أى طرفها الثابت فى الأرض فأصول الفقه أساسه
)والفرع( ما بني عليه غيره كفروع الشجرة لأصلها وفروع
الفقه لأصوله
)والأصل إصطلاحا( يقال على الدليل والقاعدة الكلية كقولهم أصل
وجوب الصلاة الكتاب أي الدليل على وجوبها الكتاب قال الله تعالى أقيموا الصلاة...الاية
وقولهم إباحة الميتة للمضطر خلافُ الاصل اي مخالف للقاعدة الكلية وهي كل ميتة حرام
قال الله تعالى انما حرم عليكم الميتة...الاية
)أصول الفقه( دليل الفقه على سبيل الاجمال كقولهم : مطلق
الأمر للوجوب ومطلق النهي للتحريم ومطلق فعل النبى صلى الله عليه وسلم ومطلق الاجماع
ومطلق القياس حجج
)الفقه لغة( الفهم فقهت كلامك أى فهمته )وﺇصطلاحا( العلم بالأحكام الشرعية التى طريقها الاجتهاد
كالعلم بأن النية فى الوضوء واجبة ونحو ذلك من المسايل الاجتهادية قال النبي صلى الله
عليه وسلم " ﺇنما الأعمال بالنية " رواه البخارى.
بخلاف العلم بالأحكام التى ليس طريقها الاجتهاد
كالعلم بأن الصلوات الخمس واجبة وأن الزنا محرم ونحو ذلك من المسايل القطعية فلا يسمى
العلم بما ذكر فقها.
العلم : صفة ينكشف بها المطلوب ﺇنكشافا تاما
والجهل : عدم العلم بالشيء
والظن : الادراك الراجح لأحد الأمرين
والوهم الادراك المرجوح لأحد الأمرين
والشك : الادراك المستوى بين الأمرين
فتردد فى قيام زيد ونفيه على السواء شك ومع
رجحان الثبوت والانتفاء ظن ومع مرجوح فى أحدهما وهم والمراد بالعلم فى تعريف الفقه
يشمل الظن
Bagian Awal
USHUL FIQH
Asal (al-ashlu) secara bahasa adalah sesuatu yang menjadi sandaran.
Seperti akar yang menjadi dasar tumbuhnya sebuah pohon dan ushul al-fiqh yang
menjadi pondasi fiqh. Sedangkan cabang (al-far') adalah sesuatu yang dididrikan
diatas sesuatu yang lain. Seperti cabang-cabang pohon (batang dan lainnya) yang
berdiri diatas akarnya, dan fiqh yang berdiri diatas ushul-nya.
Menurut istilah
asal adalah dalil dan kaidah kulliyat. Seperti perkataan
ulama' bahwa dasar wajibnya shalat adalah al-Kitab (al-Quran). Maksudnya dalil
yang mewajibkan shalat adalah al-Quran. Allah berfirman dalam QS. al-Baqarah
(2): 43.
(#qßJÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ........... ÇÍÌÈ
Artinya : “….dan dirikanlah shalat…”
Pendapat ulama' yang menyatakan
diperbolehkannya memakan bangkai dalam kondisi darurat (emergency), adalah
bertentangan dengan kaidah kulliyat yang berbunyi; "kullu mayyitah
harām" artinya : setiap bangkai haram hukumnya. Kaidah ini bersumber dari
firman Allah SWT. Yang berbunyi : انما حرم عليكم الميتة قال تعالي :
Ushul fiqh merupakan dalil fiqh global. Seperti kemutlakan amr
(perintah) menunjukkan makna wajib, mutlaknya nahi (larangan) menunjukkan
keharaman, mutlaknya perbuatan Nabi (af'al al-Nabi), mutlaknya ijma', dan
mutlaknya qiyas yang kesemuanya itu merupakan hujjah.
lafal “fiqh” dalam
bahasa Arab mempunyai arti faham (al-fahm). Sedangkan dalam terminologi
syar'iy, fiqh ialah mengetahui hukum-hukum syari'at yang diperoleh dengan jalan
ijtihad. Seperti mengetahui bahwa niat dalam wudhu merupakan suatu kewajiban,
dan berbagai permasalahan lain yang masuk dalam ranah ijtihadiyah. Fiqh,
berbeda dengan hukum-hukum syari'at yang diketahui tanpa menggunakan metode
ijtihad. Seperti mengetahui bahwa shalat lima waktu adalah wajib, perbuatan
zina adalah haram, dan berbagai permasalahan lain yang ditetapkan dengan dalil
qath'iy. Ilmu seperti ini tidak dinamakan fiqih.
Sedangkan ilmu (العلم) adalah sifat yang dengannya sesuatu yang di kehendaki bisa diketahui
dengan sempurna. bodoh (الجهل) adalah tidak adanya pengetahuan akan sesuatu perkara. Dzan (الظن) adalah menilai sesuatu yang lebih kuat dari dua perkara. Wahm (الوهم) adalah menemukan sesuatu yang kurang kuat dari dua perkara. Syak
(الشك) adalah menemukan persamaan pada dua perkara.
Keraguan yang timbul tentanga antara
apakah seseorang bernama Zaid sedang berdiri atau tidak yang sama-sama kuat
dinamakan syak, jika lebih unggul salah satunya dinamakan dzan, dan ketika
mengunggulkan salah satu antara keadaan Zaid sedang berdiri atau tidak sedang
berdiri dinamakan wahm. Dalam kaitan ini, ilmu dalam pengertian fiqih
mengandung pengertian dzan (prasangka). Maksudnya, sebagaimana dalam pembahasan
selanjutnya, akan diketemukan adanya kaidah yang menyatakan bahwa produk
ijtihad sebagai salah satu mekanisme metode penggalian hukum dalam islam masuk
dalam kategori zdanniy (prasangka) dan bukannya qath'iy (pasti).
﴿ الأحكام ﴾
الأحكام تسعة : الواجب والمندوب والمباح والحرام
والمكروه والصحيح والباطل والرخصة والعزيمة.
فالواجب : مايثاب على فعله ويعاقب على تركه
. كالصلوات الخمس وصوم رمضان.
المندوب : مايثاب على فعله ولايعاقب على تركه
. كتحية المسجد.
الحرام : مايثاب على تركه ويعاقب على فعله
. كالربا وفعل المفسدة
المكروه : مايثاب على تركه ولايعاقب على فعله
. كتقديم اليسرى على اليمنى فى الوضوء
المباح : ما لا يثاب على فعله ولايعاقب على
تركه . كالنوم فى النهار.
الصحيح : ما يجتمع فيه الركن والشرط
الباطل : ما لا يجتمع فيه الركن والشرط
الركن : ما يتوقف عليه صحة الشيء وكان جزأ
منه. كغسل الوجه للوضوء وتكبيرة الاحرام للصلاة
الشرط : ما يتوقف عليه صحة الشيء وليس جزأ
منه. كماء مطلق للوضوء وستر العورة للصلاة.
الرخصة : هي الحكم الذى يتغير من سعوبة الى
سهولة مع قيام سبب الحكم الاصلي . كجوز الفطر للمسافر لا يجهده الصوم وأكل الميتة للمضطر
العزيمة : هي الحكم كوجوب الصلوابت الخمس
وحرمة اكل الميتة لغير المضطر.
PEMBAGIAN HUKUM SYARI'AT
Al-Ahkam
al-Syar’iy (hukum-hukum syariat) dibagi
menjadi sembilan, yaitu: wajib, mandub, mubah, haram, makruh, sahih, bathil,
rukhshah dan 'azimah. Adapun definisi masing-masing sembilan hukum tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Wajib, yaitu sesuatu yang apabila
dikerjakan akan diberi pahala dan ketika ditinggalkan akan disiksa. Seperti
shalat lima waktu dan puasa Ramadhan.
2.
Mandub, yaitu sesuatu yang apabila
dikerjakan akan diberi pahala dan apabila ditinggalkan tidak akan disiksa.
Seperti shalat tahiyat masjid.
3.
Haram, yaitu sesuatu yang apabila
ditinggalkan akan diberi pahala dan apabila dikerjakan akan disiksa. Seperti
riba dan melakukan kerusakan.
4.
Makruh, yaitu sesuatu yang diberi pahala
apabila ditinggalkan, tapi tidak disiksa apabila dikerjakan. Seperti
mendahulukan bagian yang kiri dalam wudhu.
5.
Mubah, yaitu sesuatu yang apabila
ditinggalkan dan dikerjakan tidak mendapat pahala dan siksa. Seperti tidur
siang hari.
6.
Shahih, yaitu sesuatu yang didalamnya
mencakup rukun dan syarat.
7.
Bathil, yaitu sesuatu yang didalamnya tidak
mencakup rukun dan syarat.
8.
Rukun adalah sesuatu yang menyebabakan sahnya sesuatu
(pekerjaan) dan ia merupakan bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) itu. Seperti
membasuh wajah dalam berwudhu dan takbiratul ihram dalam shalat. Adapun syarat
adalah sesuatu yang menyebabkan sahnya sesuatu (pekerjaan), namun ia bukanlah
bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) tersebut.
9.
Rukhshah, yaitu perubahan hukum dari berat
menjadi ringan, sedangkan sebab hukum asalnya masih tetap. Seperti
diperbolehkannya membatalkan puasa bagi musafir meskipun ia tidak merasa
keberatan untuk melanjutkan puasanya. Dan diperbolehkan memakan bangkai bagi
orang yang terpaksa.
10. ‘Azimah, yaitu hukum
seperti kewajiban shalat lima waktu dan haramnya memakan bangkai bagi yang
tidak terpaksa.